Diantara sniper-sniper legenda
terhebat di dunia, Simo Hayha merupakan salah seorang sniper yang
paling berjaya. Namanya mungkin tidak terkenal seperti sniper Soviet
Union yaitu Vasily Zaitsev yang kisahnya diabadikan dalam filem “Enemy
at The Gates”.
Namun Simo Hayha merupakan pahlawan Finland yang
gigih dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi penjajahan besar-besaran
Tentera Soviet (Red Army) terhadap negaranya.
Simo terkenal di dalam sebuah peperangan yang juga digelar “David vs
Golliath”. Dalam perang tersebut Simo Hayha berjaya mengukirkan namanya
sebagai sniper paling berjaya dengan membunuh 542 tentara merah Soviet
dalam waktu hanya 100 hari, sebuah rekor yang sangat hebat untuk seorang
sniper.
Dengan kemampuan yang dimilikinya, dia di beri gelar “White Death” oleh tentera Soviet (musuhnya).
Gambar berkumpulan Simo Häyhä semasa 'Conscription Service' sebelum Perang Musim semi
Simo
Hayha lahir pada 17 Disember 1905 atau 1906 di sebuah bandar
Rautajärvi, Finland berhampiran sempadan Soviet Union. Sebelum itu, Simo
Hayha menghabiskan sebahagian besar waktunya untuk berburu dan bertani.
Pada
tahun 1925, Simo Hayha bersama angkatan bersenjata Finland untuk
memenuhi panggilan wajib tentara (tentara Finland). Di saat perang musim
dingin bermula pada tahun 1939 antara Finland dengan Soviet, Simo Hayha bersama Pasukan 6 Jaeger Regiment 34.
Pada saat itulah Simo Hayha memulai tugasnya sebagai seorang sniper.
Pertarungan antara tentara Finland dengan Tentara Merah Soviet (Soviet
Red Army) di sepanjang Sungai Kolla merupakan salah satu pertarungan
heroic bangsa Finland, dimana 32 tentara Finland harus menghadapi 4000
tentara Soviet.
Pada saat itu pula Simo Hayha bejaya menembak 542
tentera Soviet dan menjadikan kawasan pergunungan di sepanjang sungai
Kolla sebagai “Killer Hill” bagi tentera Soviet.
Dia bertempur
dalam keadaan suhu yang sangat ekstrim diantara -20 sampai -40 darjah
Celsius dengan pakaian camouflage berwarna serba putih.
Simo Hayha menggunakan senapan M28 dan Mosin Nagant Soviet.
Simo Hayha pada 1942
Apa yang membuatkan Simo Hayha terlihat unik dan
hebat adalah dia tidak pernah menggunakan scope (teleskop) seperti yang
biasa sniper gunakan.
Tapi dia hanya menggunakan besi penembak
(Iron Sight) untuk menembak musuhnya dan masih dapat menembak dengan
tepat sehingga jarak lebih dari 400m.
Dia tidak menggunakan
teleskop untuk menembak kerana berpendapat bahwa lensa teleskop dapat
memantulkan cahaya matahari yang dapat membongkar penyamaran seorang
sniper.
Selain itu cuaca dingin boleh menimbulkan embun pada lensa teleskop yang dapat mengganggu tembakan.
Suomi K-31 SMG & Mosin-Nagant M28
Simo Hayha juga menggunakan
senapan Suomi K-31 SMG (Sub Machine Gun) dalam peperangan dan menurut
sumber yang tidak diketahui, dia telah membunuh hampir 200 tentera
Soviet menggunakan senapang ini.
Kejadian luarbiasa mengenai Simo Hayha
Mungkin anda tertanya-tanya mengapa foto diatas wajah Simo agak peyok
kan?
Ketika pasukan khusus yang dikirim Russia untuk menghabisi Hayha semua tewas, Russia mengumpulkan sebuah tim counter-sniper untuk mengimbangi kemapanan Hayha dalam menembak jauh (sniper VS sniper).
Namun tidak ada satu pun dari mereka yang selamat dari bidikannya.
Dalam masa 100 hari, Hayha membunuh 542 prajurit dengan senapannya.
selebihnya dia habisi dengan SMG. Jumlah keseluruhannya mencapai 705
orang.
Pada akhirnya, tidak ada satupun prajurit Russia yang berani
mendekati area-area dimana Hayha diperkirakan bersembunyi. Tentara
Russia kemudian melaksanakan carpet-bombing di area-area yang diperkirakan sebagai tempat Hayha bersembunyi. Namun Hayha berhasil selamat dari taktik carpet-bombing Russia yang dilancarkan hanya untuk dirinya seorang.
Tanggal 6 Maret 1940,
seseorang yang beruntung berhasil menembak Hayha di kepala dengan
peluru peledak. Ketika ditemukan dan dibawa kembali ke markas, setengah
dari kepala Hayha telah hancur The White Death telah berhasil dihentikan.
Peluru itu menghancurkan wajah sebelah kiri
Simo. Rekan satu pasukannya pun sempat mengatakan "Setengah wajahnya
hilang!!" ketika mereka menolong Simo. Dia mengalami koma hingga
akhirnya dia tersadar tujuh hari kemudian, tidak lama setelah perang
berakhir.
Atas jasanya yang besar, pangkatnya dinaikkan dari koperal ke
leftenan I oleh Field Marshal Carl Gustav Emil Mannerheim, pemimpin
tertinggi tentara Finland pada ketika itu.
Simo Hayha ketika usia tua
Simo Hayha meninggal dunia pada tanggal 1 April 2002 pada usia 96 tahun.
Ketika di tanya pada tahun 1998 bahwa bagaimana dia bisa menjadi penembak yang hebat, dia menjawab :
"I did what I was told to as well as I could".
"SIMO HAYHA "